JAKARTA - Matcha dikenal kaya antioksidan, bahkan kandungannya bisa mencapai tiga kali lebih tinggi dibandingkan teh hijau berkualitas tinggi. Antioksidan ini berperan melawan radikal bebas dan mendukung kesehatan sel tubuh.
Selain itu, matcha mengandung kafein yang memberikan efek segar dan meningkatkan fokus. L-theanine di dalamnya membantu menyeimbangkan efek kafein sehingga energi dilepaskan lebih stabil tanpa lonjakan tajam.
Meski demikian, tingginya kandungan zat aktif tersebut juga menjadi alasan mengapa matcha sebaiknya tidak dikonsumsi secara berlebihan.
Para ahli menyarankan konsumsi matcha dibatasi maksimal satu hingga dua cangkir per hari, terutama bagi individu dengan kondisi kesehatan tertentu.
Efek Samping Matcha yang Perlu Diwaspadai
Meski banyak nutrisi yang dapat diserap tubuh, konsumsi matcha berlebihan dapat memicu berbagai risiko kesehatan berikut ini:
1. Kandungan kontaminan
Karena berasal dari daun teh utuh, matcha berpotensi mengandung logam berat, pestisida, atau fluoride yang terserap dari tanah.
Beberapa penelitian menunjukkan matcha dari wilayah tertentu dapat mengandung jejak zat berbahaya jika kualitasnya tidak terkontrol.
2. Risiko gangguan hati dan ginjal
Matcha mengandung antioksidan dalam jumlah tinggi. Konsumsi katekin berlebihan dapat memicu mual dan, pada kasus tertentu, berdampak pada fungsi hati atau ginjal.
Ahli gizi Vidhi Chawla menegaskan, “Manfaat matcha itu nyata, tapi risikonya juga ada jika dikonsumsi berlebihan.”
3. Tekanan darah meningkat
Meski sering dikaitkan dengan kesehatan jantung, konsumsi teh hijau termasuk matcha dapat meningkatkan tekanan darah pada sebagian orang. Penderita hipertensi disarankan mengonsumsi matcha dengan sangat hati-hati.
4. Tidak aman untuk ibu hamil
Kandungan kafein dalam matcha menjadi perhatian utama bagi ibu hamil. Asupan kafein berlebih dikaitkan dengan risiko keguguran, berat badan lahir rendah, hingga gangguan perkembangan janin.
“Ibu hamil sebaiknya menghindari matcha atau mengonsumsinya di bawah pengawasan medis,” ujar Chawla.
5. Reaksi alergi
Pada sebagian orang, matcha dapat memicu reaksi alergi seperti ruam, gatal, pembengkakan, hingga sesak napas. Jika gejala ini muncul setelah mengonsumsi matcha, segera hentikan dan cari pertolongan medis.
6. Risiko kanker kerongkongan
Mengonsumsi minuman panas pada suhu terlalu tinggi dapat merusak lapisan kerongkongan. Kebiasaan ini dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker kerongkongan. Matcha sebaiknya diminum setelah suhunya sedikit menurun.
7. Gangguan pencernaan
Kandungan polifenol tinggi dalam matcha dapat mengiritasi saluran pencernaan jika dikonsumsi berlebihan. Efeknya bisa berupa mual, muntah, diare, hingga memperburuk gejala irritable bowel syndrome.
Konsumsi Bijak untuk Manfaat Optimal
Matcha tetap dapat menjadi bagian dari pola hidup sehat jika dikonsumsi secara bijak dan sesuai kebutuhan tubuh. Memilih matcha berkualitas tinggi serta membatasi jumlah konsumsi harian menjadi langkah penting untuk meminimalkan risiko efek samping.
Bagi individu dengan kondisi khusus seperti hipertensi, gangguan ginjal, atau kehamilan, konsultasi dengan tenaga medis sangat dianjurkan sebelum rutin mengonsumsi matcha. Dengan pendekatan yang tepat, manfaat matcha dapat dinikmati tanpa mengorbankan kesehatan.
Kesadaran akan batas konsumsi menjadi kunci utama agar matcha tetap berfungsi sebagai pendukung kesehatan, bukan pemicu masalah baru bagi tubuh.